Jumat, 29 April 2011

“TANGISAN BUMI” SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB?

“TANGISAN BUMI” SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB?

Oleh: Ronny Pamuji_FP_AGROEKOTEKNOLOGI_2009_0910480144

Keadaan bumi yang semakin memburuk seiring dengan kehidupan manusia yang terus meningkat, menyebabkan semua aspek kebutuhan manusia harus terpenuhi, sifat manusia yang tidak mudah puas menambah derita bumi ini untuk memenuhi semua kebutuhan manusia. Bumi tidak lagi hijau, sungai keruh, hutan gundul. Bumi sedang rapuh dengan tangisannya, dengan penyakitnya, dengan apa yang kita perbuat olehnya. Berjuta luka yang kita perbuat terus menggrogoti bumi menimbulkan komplikasi penyakit kronis “Global Warming”.

Segala aspek Global Warming yang menjadi isu kerusakan lingkungan terkini, terus mengalami sorotan dari berbagai kalangan. Semua gempar akan pemanasan global, efek rumah kaca, kebakaran hutan, ilegallogging, namun mereka hanya gempar dan bersuara. Solusi disuarakan semua mengerti harus melakukan apa, tetapi semua menunggu, hanya menunggu dan saling menunggu. Apakah bumi akan terus menunggu? Tidak, bumi tidak menunggu, bumi terus menangis dan semakin menjerit.

Berbagai kegiatan manusia semua dari bumi dan akan kembali ke bumi. Kegiatan – kegiatan itu cenderung mengeklporasi bumi atau bahkan bisa dikatakan memperkosa bumi. Industri pertambangan merupakan tersangka utama yang bisa dikatakan sebagai pemerkosa bumi. Industri pertambangan sangat bervariasi dan bersebaran di berbagai penjuru negara, tidak hanya daratan yang mengalami penderitaan lautanpun demikian. Pengeboran secara besar-besaran dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi, proses pertambangan ini mengkonsumsi banyak energi dan menghasilkan berbagai jenis limbah. Limbah yang dihasilkan sangat beragam mulai limbah gas, padat dan cair. Limbah dari industri pertambangan memberi efek negatif bagi lingkungan.

Banyaknya gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (N2O), dan chlorofluorocarbon (CFC) yang dihasilkan oleh letusan gunung merapi,bahan bakar fosil, kendaraan bermotor,pemakaian pupuk kimia, cerobong pabrik, pembakaran hutan dan peralatan rumah tangga seperti kulkas, AC, dan obat semprot aerosol yang menghuni atmosfer dan terus melambung sehingga menghambat pantulan cahaya matahari yang seharusnya bisa menembus keluar dari atmosfer bumi, cahaya dan panas matahari tertahan dan akhirnya bumi panas. Limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan oleh banyak pertambangan selama ini dibuang disungai, laut bahkan di daerah padat pemukiman.

Indonesia juga menjadi kontributor pemanasan global karena pengundulan hutan, eksplorasi pertambangan dan lontaran emisi karbondioksida. Kebakaran hutan misalnya, telah mengakibatkan negara-negara tetangga terkena dampaknya. Fakta-fakta pemanasan global di Indonesia:
1. Indonesia saat ini disinyalir terjadi pemanasan global yang mencapai 6,3-6,5oC
2. Pada 2050 diprediksi Indonesia akan mencapai pemanasan 20oC sehingga sebagian pulau-pulau akan tenggelam karena kutub utara akan mencair. Diasumsikan jika kutub utara akan mencair, maka air laut akan mencapai tujuh meter, maka jakarta akan habis.
3. Penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global

Menyembuhkan luka dan meghentikan tangisan bumi atas derita yang dialami sangatlah sulit dan bahkan bisa dikatakan tidak ada obat ataupun terapi yang bisa menyembuhkannya. Namun sebelum terlambat kita harus bergerak mulai sekarang, kita harus bertanggung jawab. Mengahapus air mata bumi dengan diawali hal kecil secara sederhana dengan pola hidup tidah lebihan.

Mulai dari diri sendiri, kesederhanaan akan terwujud dengan hemat listrik karena sebagian besar pembangkit listrik mengeluarkan emisi CO2 bahkan menyumbangkan 40% dari gas efek rumah kaca. Mulai dari hal kecil saja seperti, mengganti rice cooker dengan masak di tungku, mencuci pakaian tak perlu mesin cuci cukup manual saja. Hemat menggunakan bahan bakar fosil. Kurangi penggunaan kendaraan bermotor, lebih baik jalan kaki dan naik sepeda tidak perlu mobil dan motor. Kurangi pemakaian CFC dari parfum/ pengharum ruangan gantilah dengan menanam bunga untuk menciptakan kesejukan dan kesegaran.

Cukup sudah bumi ini menangis, menjerit, merintih. Sayangi alam dengan kesederhanaan seperti halnya kita menyayangi diri kita sendiri, karena kelestarian bumi tanggung jawab kita bersama.