Penebangan hutan secara liar merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana alam yang sering terjadi, seperti salah satunya erosi tanah. Erosi tanah adalah peristiwa terangkutnya tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh air atau angin. Pada dasarnya ada tiga proses penyebab erosi yaitu pelepasan (detachment) partikel tanah, pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation). Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas (top soil) dan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Erosi yang disebabkan oleh air hujan merupakan penyebab utama degradasi lahan di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanah-tanah di daerah berlereng mempunyai risiko tererosi yang lebih besar daripada tanah di daerah datar. Selain tidak stabil akibat pengaruh kemiringan, air hujan yang jatuh akan terus- menerus memukul permukaan tanah sehingga memperbesar risiko erosi. Berbeda dengan daerah datar, selain massa tanah dalam posisi stabil, air hujan yang jatuh tidak selamanya memukul permukaan tanah karena dengan cepat akan terlindungi oleh genangan air.
Teknik konservasi dengan NVS (Natural Vegetative Strips) biasanya menggunakan rumput yang didatangkan dari luar areal lahan, yang dikelola dan sengaja ditanam secara strip menurut garis kontur untuk mengurangi aliran permukaan. Rumput yang ditanam sebaiknya dipilih dari jenis yang berdaun vertikal sehingga tidak menghalangi kebutuhan sinar matahari bagi tanaman pokok, tidak banyak membutuhkan ruangan untuk pertumbuhan vegetatifnya, mempunyai perakaran kuat dan dalam, cepat tumbuh, tidak menjadi pesaing terhadap kebutuhan hara tanaman pokok dan mampu memperbaiki sifat tanah.
Faktor tumbuh tanaman rumput, jarak tanam dalam satu strip, dan jarak antar-strip sangat menentukan efektifitas pengendalian erosi. Pada tahun pertama aplikasi NVS, memeanng belum terlihat dampak positif yang significant. Dampak positif baru tampak pada tahun- tahun berikutnya. Tingkat erosi pada tahun pertama masih tinggi karena rumput belum tumbuh optimal. Pertumbuhan rumput yang lebih baik pada tahun kedua mampu menekan jumlah tanah tererosi antara 30-60% pada kemiringan di bawah 20%. Sedimen yang tertahan lama kelamaan akan mendekati bentuk datar sehingga menciptakan bidang teras alami. Hasil pangkasan strip dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sedangkan kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Di wilayah sentra produksi peternakan, teknik ini mudah diadopsi oleh peternak. Walaupun tingkat kebutuhan hijauan pakan ternak lebih besar daripada kontribusi pupuk kandang ke lahan pertanian, kondisi ini dapat diatasi dengan penanaman rumput secara khusus (padang rumput).
Namun dari teknik NVS memiliki kekurangan, yaitu top soil yang kaya akan bahan organik dan unsur hara akan terkumpul pada bagian pinggiran terasiring, sehingga tanah yang letaknya dibagian pinggir terasiring lebih subur dari pada tanah bagian dalam terasiring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar